Alih Bahasa

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Proposal Kerja Praktek

Mendengar kata proposal, tentu sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang. Apalagi dikalangan pegawai (negeri/swasta), mahasiswa, sampai masyarakat umum. berikut ini saya tampilkan salah satu contoh proposal kerja praktek sewaktu saya kuliah, mungkin bisa sedikit membantu.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Perumusan Masalah
1.3.Tujuan
1.4. Manfaat
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biologi Ikan Komet
2.1.1. Klasifikasi
2.1.2. Morfologi
2.1.3. Habitat
2.2. Pakan dan Pertumbuhan
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi Kerja Praktek
3.2. Metoda Kerja Praktek
3.3. Waktu dan Tempat
3.4. Cara Kerja
3.5. Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek dengan judul “PERTUMBUHAN LARVA IKAN KOMET (Carassius auratus) DENGAN PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA’’.
Ikan komet (Carassius auratus) sebagai ikan hias memiliki daya tarik yang sangat besar bagi masyarakat untuk dapat menikmati dan memeliharanya. Studi Kerja Praktek ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan larva ikan Komet (Carassius auratus) yang diberi pakan berbeda dan jenis pakan yang optimum untuk pertumbuhan larva ikan Komet (Carassius auratus).
Laporan Kerja Praktek ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan Program Sarjana Perikanan dan Kelautan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih bagi pihak-pihak yang telah membantu tersusunnya laporan ini.


Purwokerto 2007

Penulis

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan hias air tawar termasuk komoditas yang diminati karena keindahannya yang meliputi bentuk dan warna sisik. Penggemar ikan hias rela membeli ikan hias dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan konsumsi. Hal inilah yang menyebabkan peluang pasar ikan hias air tawar semakin terbuka lebar, serta kemungkinan menyumbang devisa pun terbentang luas.
Indonesia yang beriklim tropis memiliki potensi ikan hias mencapai 300 juta ekor/tahun dan terdiri dari 240 jenis ikan hias laut (marine ornamental fish) dan 226 jenis ikan hias air tawar (fresh water ornamental fish) (Lingga dan Susanto, 2003). Mengingat potensi alam Indonesia yang cukup air maka budidaya ikan mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan. Beberapa jenis ikan hias air tawar telah berhasil dibudidayakan, salah satunya adalah ikan Komet (Carassius auratus) yang mempunyai banyak penggemar.
Ikan komet (Carassius auratus) merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang populer di kalangan masyarakat, khususnya bagi pecinta ikan hias. Bukan hanya itu saja, sudah banyak yang berawal dari sekedar hobi kemudian mengkomersilkannya. Hal ini dikarenakan ikan komet memiliki warna yang indah dan eksotis serta bentuk dan gerakan yang menarik, dan dikenal sangat jinak karena dapat mudah hidup berdampingan dengan jenis ikan lain bila berada didalam satu tempat, karena sifatnya yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, ikan ini dapat dipelihara di hampir semua tempat di dunia asal saja tempatnya bersih dan sehat.
Ikan komet merupakan salah satu jenis ikan hias yang populer saat ini, keunggulan ikan komet adalah pada warna yang terdapat pada ikan tersebut yang bermacam-macam seperti putih, kuning, merah, atau perpaduan lain dari warna-warna tersebut. Hal inilah yang membuat ikan komet memiliki nilai daya jual yang tinggi, sehingga banyak orang yang berusaha memperoleh keuntungan yang tinggi. Budidaya ikan hias ini tidak sulit, modalnya kecil dan seluruh anggota pun bisa dilibatkan, tidak membutuhkan lahan yang luas, modal utamanya justru keterampilan atau teknik budidaya yang harus terus ditingkatkan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pertumbuhan larva ikan komet (Carassius auratus) yang dipelihara dengan jenis pakan berbeda ?
2. Jenis pakan apa yang memberi hasil terbaik terhadap pertumbuhan larva komet (Carassius auratus) ?
1.3.Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui :
1. Pertumbuhan larva ikan komet (Carassius auratus) yang dipelihara dengan jenis pakan berbeda.
2. Jenis pakan yang memberi hasil terbaik terhadap pertumbuhan larva ikan komet (Carassius auratus).
1.4. Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai dari Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui :
1. Pertumbuhan larva ikan komet (Carassius auratus) yang dipelihara dengan jenis pakan berbeda.
2. Jenis pakan yang memberi hasil terbaik terhadap pertumbuhan larva ikan komet (Carassius auratus).


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Ikan Komet
2.1.1. Klasifikasi
Ikan komet termasuk dalam famili Cyprinidae dalam genus Carassius. Ikan komet merupakan salah satu jenis dari Cypridae yang banyak dikenal dikalangan masyarakat karena memiliki warna yang indah dan eksotis serta bentuk yang menarik. Kedudukan ikan komet di dalam sistematika (Lingga dan Susanto, 2003) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Ostariphisysoidei
Sub ordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Genus : Carassius
Spesies : Carassius auratus
2.1.2. Morfologi
Ikan komet berasal dari Cina, dengan nama asing Goldfish dan dipasaran lebih dikenal dengan sebutan Mas Koki. Dikalangan pembudidaya ikan hias di dunia, ikan komet termasuk salah satu ikan hias yang sangat populer dan banyak penggemarnya. Tubuhnya yang aneh itu sulit digambarkan bentuknya dan oleh para peternak disebut fantastik. Ikan komet yang dikenal sekarang dipasaran maupun dikalangan pembudidaya bukan lagi seperti aslinya, tetapi telah jauh berbeda (Lingga dan Susanto, 2003).
Morfologi ikan komet tidak jauh beda dengan morfologi ikan mas. Karakteristik ikan komet masih dapat dibedakan dari karakteristik ikan mas secara umum, meskipun jika didekatkan keduanya akan sangat mirip, oleh sebab itu diluar negeri ikan komet dijuluki sebagai ikan mas (goldfish). Ikan komet sangat aktif berenang baik di dalam kolam maupun di dalam akuarium, tidak dapat bertahan dalam ruang yang sempit dan terbatas, serta membutuhkan filtrasi yang kuat dan pergantian air yang rutin. Ikan komet banyak ditemui dengan warna putih, merah dan hitam, dapat tumbuh dan hidup hingga berumur 7 hingga 12 tahun dan panjang dapat mencapai 30 cm (Partical Fish Keeping, 2006).
2.1.3. Habitat
Ikan komet untuk hidupnya memerlukan tempat hidup yang luas baik dalam akuarium maupun kolam dengan sistem aerasi yang kuat dan air yang bersih. Untuk menjaga kualitas airnya dianjurkan untuk mengganti minimal 25% air akuarium atau kolam tiap minggunya. Untuk bagian substrat dasar akuarium atau kolam dapat diberi pasir atau kerikil, ini dapat membantu ikan komet dalam mencari makan karena ikan komet akan dapat menyaringnya pada saat memakan plankton. Ikan komet dapat hidup dalam kisaran suhu yang luas, meskipun termasuk ikan yang hidup dengan suhu rendah (15-210 C) tetapi ikan komet juga membutuhkan suhu yang tinggi sekitar 27-300 C hal ini diperlukan saat ikan komet akan memijah. Untuk memperoleh suhu inilah maka ketinggian air didalam tempat pemijahan diharapkan hingga 15-20 cm (Partical Fish Keeping, 2006).

2.2. Pakan dan Pertumbuhan
Pakan merupakan faktor penting dalam pemeliharaan ikan. Pakan yang diberikan harus mudah dicerna dan memiliki efisiensi yang tinggi. Pada dasarnya pakan terdiri dari dua jenis yaitu pakan alami dan pakan buatan. Menurut Jangkaru (1974), pakan alami adalah pakan yang telah tersedia dalam tempat hidup ikan, sedangkan pakan buatan adalah pakan yang terdiri dari berbagai campuran bahan yang sudah diolah dengan sedemikian rupa sehingga bentuk alamiah bahan bakunya tidak tampak.
Selain pakan alami, benih ikan uga dapat diberi pakan berupa emulsi kuning telur rebus dan remah pellet pada saat umur 7 sampai 15 hari (Sutisna dan Sutarmanto, 1995). Pakan dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan yang meliputi pertambahan panjang dan bobot serta untuk menunjang kelangsungan hidup (Jangkaru, 1974). Menurut Susanto (2002), pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan dan jumlah pakan yang diberikan. Banyak sedikitnya pakan yang diberikan dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, baik bobot maupun panjangnya.
Menurut Kiranarini (1985), ikan yang dipelihara memerlukan pakan yang memiliki gizi tinggi yang terdiri dari protein dengan asam aminonya, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral sehingga ikan yang dibesarkan dapat tumbuh dengan baik. Protein yang diserap oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan dan merupakan sumber gizi utama untuk semua jenis ikan, sedangkan karbohidrat hanya berfungsi sebagai suplai energi. Ikan membutuhkan lemak sebagai sumber energi dan asam lemak esensial serta memelihara bentuk tubuh. Chumaidi et al, (1990) menyatakan bahwa artemia mengandung protein sebanyak 50-60%. Emulsi kuning telur mengandung protein sebanyak 12,8%, dan pellet tepung mengandung protein sebanyak 27,5% (Mujiman, 1985).
Vitamin dan mineral memegang peranan penting bagi kehidupan organisme akuatik. Vitamin berfungsi untuk pengaturan dalam tubuh, pertumbuhan produksi dan reproduksi, sedangkan mineral memberikan kekuatan pada pembentukan gigi dan tulang, menjaga keseimbangan asam dan basa, penerus sistem syaraf dan dalam berbagai fungsi metabolisme (Zonneveld et al., 1991).
Berdasarkan kebiasaan makannya ikan komet termasuk dalam jenis omnivora, mencari pakan dibagian permukaan dan pertengahan perairan. Ikan komet biasanya diberi pakan berupa pelet, namun kadang diberi pakan segar seperti wortel selada dan kacang polong. Pemberian pakan dua kali sehari, dan dapat pula dilakukan pergantian pakan setiap 2 sampai 4 minggu sekali. Ikan komet dapat dikatakan sehat apabila pergerakannya aktif dan nafsu makannya tinggi.
Pemberian pakan untuk larva ikan komet hingga usia enam hari tidak perlu dilakukan, barulah pada usia seminggu larva ikan komet diberi pakan berupa kutu air, kutu air ini meliputi daphnia, cydops dan monia, yakni pakan yang banyak dijual di toko penjual ikan hias dan tersedia banyak empang-empang. Pada umur 20 hari, benih sudah bisa diberi jentik atau atau cacing merah. Pada usia ini pun, benih sudah bisa untuk dijual (Lingga dan Susanto, 2003).
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran ikan baik volume ataupun panjang per satuan waktu. Pertumbuhan ada dua macam yaitu pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan relatif. Pertumbuhan mutlak adalah pertambahan bobot atau panjang rata-rata pada saat umur tertentu. Sedangkan pertumbuhan relatif adalah perbedaan ukuran pada akhir interval dibagi ukuran pada permulaan interval. Perbandingan antara bobot dan panjang ikan dinyatakan sebagai faktor kondisi yang menggambarkan kegemukan ikan (Effendie, 1979).
Pertumbuhan setiap organisme termasuk ikan dapat dianggap berasal dari dua proses yang berlawanan yaitu proses yang pertama cenderung untuk menurunkan energi tubuh yang disebut proses katabolisme dan proses yang kedua cenderung untuk menaikkan energi tubuh yang disebut anabolisme. Pertumbuhan bisa terjadi apabila jumlah pakan yang dicerna melebihi jumlah pakan yang diperlukan untuk mempertahankan hidup dan beraktivitas (Zonneveld et al., 1991).
Pengukuran pertumbuhan dilakukan pada periode tertentu dengan selang waktu yang sama. Biasanya selang waktu tersebut telah diperhitungkan secara baik untuk menghindari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas pertumbuhan. Selang waktu yang biasa digunakan ialah 1 minggu, 10 hari, 2 minggu, atau 1 bulan (Djajasewaka, 1990).
Pertambahan panjang dan bobot ikan merupakan hasil dari proses pertumbuhan ikan. Ikan akan dapat tumbuh apabila pakan yang diperoleh, baik kualitas maupun kuantitasnya telah melampaui keperluan untuk mempertahankan bobot dan panjangnya (Effendie, 1979).
Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Sukamsiputro (1988) faktor internal meliputi genetis, jenis kelamin, jenis ikan, umur dan hormon pertumbuhan. Faktor luar yang mempengaruhi adalah kualitas air seperti suhu, O2 terlarut dan CO2 bebas. Menurut Huet (1971), pertumbuhan merupakan parameter penting dalam usaha budidaya perikanan. Keberhasilan budidaya perikanan ditunjang oleh faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan dan hal tersebut perlu diperhatikan. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan meliputi faktor internal dan faktor ekstemal. Faktor internal terdiri dari keturunan, ketahanan terhadap penyakit, kemampuan memanfaatkan pakan dan umur atau ukuran ikan. Faktor ekstemal terdiri dari temperatur, pH, kualitas air, kualitas pakan dan ruang gerak ikan.


III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi Kerja Praktek
a. Bahan
Bahan yang digunakan dalam Kerja Praktek ini adalah ikan larva Ikan Komet (Carassius auratus)
b. Alat
Alat yang digunakan dalam Kerja Praktek ini adalah akuarium plastik (13x13x14) cm sebanyak 9 buah, seser, aerator, selang plastik, timbangan analitik, penggaris atau kertas milimeter blok, sendok cekung, kaca loop, termometer celcius dan kertas pH indikator.
3.2. Metoda Kerja Praktek
Kerja Praktek dilaksanakan dengan melakukan percobaan (eksperimental) terhadap larva ikan Komet. Adapun perlakuan yang dicobakan adalah:
Perlakuan A : Jenis pakan yang diberikan adalah artemia
Perlakuan B : Jenis pakan yang diberikan adalah kuning telur
Perlakuan C : Jenis pakan yang diberikan adalah pellet tepung
Masing-masing perlakuan diulang 3 kali dan ikan dipelihara dalam akuarium dengan kepadatan ikan masing-masing 30 ekor/liter air.
Variabel yang diamati adalah pertumbuhan larva ikan Komet berdasarkan pertambahan panjang dan bobot tubuhnya, kelangsungan hidup dan kualitas air (pH, suhu) sebagai parameter pendukung.
3.3. Waktu dan Tempat
Kerja Praktek ini dilaksanakan laboratorium PSPK Universitas Jenderal Soedirman selama 3 (tiga) minggu.
3.4. Cara Kerja
1. Persiapan Tempat
Akuarium yang akan digunakan dicuci bersih kemudian direndam dengan larutan PK selama 24 jam. Akuarium dicuci kembali dan diisi air bersih. Akuarium diletakkan berjajar dan masing-masing akuarium mendapat suplai oksigen dari aerator.
2. Pengadaan Larva
3. Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan berupa artemia, kuning telur dan pellet tepung dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari yaitu jam 07.00, dan 16.00 WIB secara ad libitum.
4. Pengumpulan Data
Pengamatan pertumbuhan larva ikan Komet dilakukan setiap 7 hari sekali dengan cara menimbang bobotnya dan diukur pertambahan panjangnya.
a. Panjang Ikan
Pengukuran panjang total dilakukan dengan cara mengukur ikan mulai dari ujung terdepan bagian kepala sampai ujung terakhir bagian ekornya. Ikan diukur satu per satu dengan meletakkan di atas milimeter blok, kemudian setelah semua diukur hasil tersebut dijumlah lalu dibagi dengan jumlah ikan yang diukur dan hasil pembagian tersebut merupakan panjang rata-rata ikan.
b. Bobot Ikan
Pengukuran bobot ikan menggunakan timbangan analitik ikan ditimbang satu per satu dengan meletakan ikan di atas timbangan tanpa air. Ikan yang telah ditimbang bobotnya dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah ikan yang ditimbang dan hasil tersebut merupakan bobot rata-rata ikan.
c. Kelangsungan Hidup Ikan
Penghitungan kelangsungan hidup ikan menggunakan pengamatan dan pencatatan jumlah ikan yang hidup pada akhir percobaan dibagi jumlah ikan yang hidup pada awal percobaan kemudian dipersenkan dan hasil tersebut merupakan kelangsungan hidup ikan.
5. Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan satu minggu sekali serta pada awal dan akhir pemeliharaan, yang meliputi:
a. Temperatur
Pengukuran air menggunakan termometer celcius. Termometer dimasukan ke dalam akuarium selama ± 5 menit dan pencatatan dilakukan setelah skala menunjukan angka konstan.
b. Derajat Keasaman (pH)
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH indikator yang dimasukan ke dalam air selama ± 5 menit. Perubahan warna yang terjadi dicocokkan warna standard dan dicatat angkanya.
3.5. Analisis Data
Analisis data meliputi laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan Komet (Carrasius auratus).
a. Laju Pertambahan panjang ikan dihitung dengan menggunakan rumus Effendie (1979):
L = Lt - Lo
Keterangan:
L : Pertambahan panjang ikan
Lo : Panjang ikan pada awal pengamatan
Lt: Panjang ikan pada akhir pengamatan
b. Laju pertumbuhan larva dinyatakan sebagai perubahan bobot tubuh rata-rata selama percobaan berlangsung. Laju pertumbuhan dihitung dengan rumus yang dikemukakan oleh Effendie (1979) yaitu:
G = Wt - Wo
dengan:
G = Laju pertumbuhan
Wt = Bobot rata-rata larva pada saat t (mg)
Wo = Bobot rata-rata larva saat awal percobaan (mg)
c. Kelangsungan hidup ikan (Survival Rate) menunjukkan persentase larva ikan yang hidup hingga akhir percobaan. Perhitungan kelangsungan hidup ikan dilakukan dengan rumus dikemukakan oleh Effendie (1979) yaitu:
%
dimana:
SR = Kelangsungan hidup Larva Ikan
Nt = Jumlah larva pada akhir percobaan
No = Jumlah larva pada awal percobaan

DAFTAR PUSTAKA
Chumaidi et al. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Pakan Alami Ikan dan Udang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, PHP/KAN/PT/12/1990. Jakarta.


Djajasewaka, H. 1990. Pakan Ikan. C.V. Yasaguna, Jakarta.

Effendie, M. I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Penerbit Yayasan Dewi Sri, Bogor.

Huet, M. 1971. Texs Book of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fish. Fishing News (Book) LTD, England.

Jangkaru, Z. 1974. Makanan Ikan. Lembaga Penelitian Perikanan Darat. Direktorat Jendral Perikanan, Jakarta.

Kiranarini, l.S. 1985. Pengaruh Tingkat Substitusi Penggunaan Tepung Ikan Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas (Ciprinus Carpio). Skripsi Fakultas Pertanian UNDIP. Semarang.

Lingga, P., dan Heru S. 2003. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mujiman, A. 1985. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

ParticalFishkeeping,http://www.particalfishkeeping.co.uk/pfk/pages/em.php.news=547. accessed 13 mei 2007.

Sukamsiputro, S.1988. Makanan Tambahan Untuk Ikan. Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat II Jawa Tengah. Unit Pembinaan Budidaya Air Tawar Singasari. Banyumas.

Susanto, H. 2002. Budidaya Ikan Di Pekarangan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutisna, D.H., dan R. Sutarmanto. 1995. Pembenihan Ikan-Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta.

Zonneveld, H. Huisman, E.A and Boon, J. H. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

1 comments: